Selamatkan Karst Buton Tengah dan Pilih Masa Depan Pariwisata, Bukan Tambang !!!



Oleh: Djoysman, S.E., S.H - Ketua Gerakan Pemuda (GP) Alwasliyah Kabupaten Buton Tengah

Opini - Di tengah deru mesin perusahaan tambang yang mulai memasuki Kabupaten Buton Tengah, kita kembali dihadapkan pada pertanyaan paling fundamental: Mau dibawa ke mana masa depan daerah ini?

Apakah kita akan memilih jalur pembangunan yang merusak, singkat, dan meninggalkan kehancuran?

Atau kita memilih jalan panjang, berkelanjutan, yang membawa kesejahteraan generasi hingga puluhan bahkan ratusan tahun ke depan?

Pertanyaan itu kini menjadi nyata, terutama setelah maraknya izin tambang batu gamping di kawasan-kawasan karst Buton Tengah. 

Padahal, wilayah ini menyimpan harta paling berharga yang tak dimiliki daerah lain: ekosistem karst dan jaringan gua bawah tanah yang luar biasa indah, unik, dan bernilai tinggi untuk pariwisata dunia.

Karst Buton Tengah Sebagai Kekayaan yang Justru Mulai Terancam

Buton Tengah bukan hanya kaya laut dan budaya. Kita memiliki puluhan gua air payau yang tembus ke laut—sebuah fenomena geologi yang jarang ditemukan di dunia. 

Salah satu yang paling memesona adalah Gua Ery di Desa Lowulowu, situs yang pernah dikunjungi wisatawan mancanegara dan diteliti oleh berbagai pecinta alam.

Di tempat itu, air bening bercampur payau mengalir halus di antara batu kapur yang terbentuk ribuan tahun silam.

Cahaya yang masuk dari celah-celah gua memantulkan warna biru jernih seperti kristal. Itu bukan sekadar objek wisata; itu anugerah Tuhan yang wajib dijaga.

Beberapa tahun lalu, kami bersama pemandu lokal Pak Petra Mamonto bahkan membawa turis dari berbagai negara untuk melihat keunikan gua-gua di Desa Lowulowu, Kecamatan Gu.

Mereka terkesima—mengatakan bahwa Buton Tengah memiliki potensi geowisata yang “tidak kalah dengan Filipina, Thailand, atau Vietnam”.

Namun Kini, Harapan itu Mulai Direduksi oleh Ambisi Tambang

Ketika kepala desa lebih tergoda menerima perusahaan tambang, harapan masyarakat terhadap pengembangan wisata perlahan memudar. Padahal, gua-gua karst adalah ekosistem rapuh. Sekali ditambang, hilang untuk selamanya.

Tambang Bisa Menghancurkan Masa Depan Generasi Muda

Mari kita jujur. Tambang memang menawarkan uang cepat. Tetapi umur ekonominya pendek, hanya 5–10 tahun. Setelah itu perusahaan pergi, menyisakan lahan yang gundul, lubang pada tanah, debu, konflik sosial, bahkan sumber air yang hilang dari permukaan.

Berbeda dengan Pariwisata yang Justru Menghidupkan

Pariwisata karst—wisata gua, wisata adat, wisata bahari, wisata pendidikan—adalah sumber ekonomi jangka panjang.

Setiap wisatawan yang datang menghidupkan: UMKM lokal, penginapan, transportasi, kuliner, serta jasa pemandu lokal.

Multiplier effect pariwisata melampaui sektor tambang. Jika Buton Tengah mau, kita bisa membangun Desa Wisata Karst Lowulowu yang mendunia diantaranya berupa:

paket eksplorasi gua, wisata air payau, tour budaya, hingga snorkeling karst. Dengan sedikit infrastruktur, potensi ini bisa menjadi ikon nasional.

Sikap dan Gebrakan Bupati Buton Tengah Ibarat Cahaya Harapan yang Harus Dikawal Bersama

Saya sebagai Ketua GP Alwasliyah Buton Tengah melihat bahwa Bupati Buton Tengah saat ini memiliki komitmen kuat untuk membangun sektor pariwisata, termasuk melindungi kawasan karst.

Komitmen tersebut adalah salah satu langkah maju yang harus kita dukung, kawal, dan kuatkan dengan data serta suara masyarakat.

Buton Tengah jangan sampai melakukan kesalahan yang sudah dilakukan banyak daerah di Indonesia seperti misalnya menjual bentang alam karst, dan kemudian menyesal ketika air hilang, wisata mati, dan lingkungan rusak.

Pilihan Besar Kita, Menambang Kekayaan Karst atau Menyimpannya untuk Generasi Mendatang?

Kawasan karst adalah salah satu kekayaan alam yang memiliki beberapa keistimewaan yakni: penyimpan air, laboratorium alam, identitas budaya, tujuan wisata, namun juga merupakan ekosistem yang tidak dapat diperbaiki ketika rusak.

Menggali Karst Berarti Merusak Masa Depan Kita Sendiri

Sebagai anak daerah, sebagai bagian dari masyarakat sipil, dan sebagai pemuda yang ingin melihat Buton Tengah maju, saya harus mengatakan dengan tegas: "Jika kita kehilangan karst Lowulowu, kita kehilangan masa depan pariwisata Buton Tengah. Jika kita menyelamatkannya berarti kita telah menyelamatkan masa depan ekonomi masyarakat kita".

Ini Bukan Soal Menolak Pembangunan, Tetapi Kita Harus Memilih Pembangunan yang Tepat

Tambang boleh memberikan keuntungan singkat, tetapi pariwisata memberi kehidupan tanpa merusak tanah yang diwariskan leluhur kita.

Buton Tengah hanya akan maju bila berani memilih masa depan yang lestari. Dan masa depan itu bukan berada di lubang-lubang tambang, tetapi di keindahan alam karst yang Tuhan titipkan untuk kita jaga.

Saatnya pemerintah dan masyarakat berdiri pada posisi yang sama: selamatkan karst Buton Tengah, hidupkan pariwisatanya. (**)

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama

Iklan

SPONSOR